Museum modern yang memasuki era digital, telah mengaplikasikan unsur-unsur multimedia dan teknologi termasuk Augmented Reality (AR) di dalamnya. Khususnya museum yang mempunyai tajuk sains dan teknologi, pastinya membutuhkan komponen-komponen multimedia dan juga interaktivitas yang melibatkan para pengunjung museum guna menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang imbasnya tentu supaya informasi mudah dicerna dan lebih atraktif untuk semua kalangan pengunjung museum.

Untuk itulah dibutuhkan kolaborasi yang masif dari beberapa unsur keahlian seperti desainer interior, pengisi suara (voice over talent/VOT), dan lain-lain.

Museum multimedia dibentuk dengan tujuan untuk memberikan gambaran dari museum tersebut dan juga untuk memberikan arahan kepada pengurus museum supaya dapat menyikapi perubahan bentuk museum konvensional menjadi museum multimedia yang efektif dan juga efisien.

Pembuatan museum multimedia merupakan sebuah souvenir pengingat masa kejayaan suatu peristiwa atau kisah di balik museum tersebut. Hal tersebut juga turut merepresentasikan kisah-kisah dan peristiwa di balik museum tersebut, karena museum pun dapat menjadi sebuah Education Center dan tempat untuk menyelenggarakan acara-acara tertentu termasuk untuk melestarikan kebudayaan setempat. Dengan dibuatnya museum multimedia, maka implementasi untuk edukasi menjadi lebih menyenangkan dan menarik.

illustrasi (Image: iStock)

Sejak tahun 2015, beberapa Museum di Indonesia telah dapat bisa merebut hati para pengunjungnya. Semua itu berkat diterapkannya konsep transformasi multimedia di museum-museum tersebut. Museum multimedia sendiri sering disebut sebagai museum masa depan. Ketika berbagai teknologi termasuk AR dan VR dan multimedia diterapkan pada suatu museum.

Begitu juga dengan Cleveland Museum of Art yang dikenal sebagai sebagai museum paling kaya keempat di Amerika Serikat karena tidak mengenakan tiket masuk untuk pengunjungnya. Museum ini berhasil menciptakan wahana dinding interaktif setinggi 40 kaki, yang merupakan hasil pengembangan dari VR dan AR yang kemudian menonjol sebagai salah satu fasilitas berteknologi modern yang dominan di museum tersebut. Dengan teknologi tersebut, alhasil pengunjung Cleveland Museum of Art bertambah secara signifikan karena kekuatan fasilitas modernnya yang mampu menarik pengunjung untuk kembali lagi mengunjungi museum.

Proyek Pufferfish dari Advisor, telah berhasil  menerapkan teknologi di museum Jerman dan telah membantu mereka menarik pengunjung ke museum. VR juga bisa dimanfaatkan untuk menciptakan pameran fotografi. VR memiliki potensi luar biasa untuk menciptakan kembali sejarah di sekitar kita secara virtual. 

Pemanfaatan teknologi seperti AR dan VR memang secara langsung telah membantu museum dalam menciptakan kembali nuansa entertainment dan juga pengetahuan di dalamnya. 

Museum Multimedia
illustrasi (Image: Getty Images)

Apabila jeli, pengurus museum dapat menangkap peluang yang dapat diterapkan guna meningkatkan jumlah pengunjung. Dengan menggaet event organizer atau EO, pengurus museum dapat merencanakan suatu pagelaran tertentu seperti pameran fotografi, peragaan busana ataupun mini konser yang bertemakan sejarah museum itu sendiri.

Generasi muda khususnya telah mempunyai budaya sendiri. Berkunjung ke museum bagi mereka merupakan hal yang bukan prioritas. Mereka cenderung menyukai nongkrong di Cafe, mall ataupun tempat-tempat hingar bingar yang atraktif. 

Tentunya membuat para generasi muda tersebut tertarik dan berkunjung ke museum merupakan hal yang tidak mudah. Menggaet tokoh atau public figure yang merepresentasikan dari kalangan muda dan pecinta museum menjadi salah satu solusi untuk dapat mempengaruhi para anak-anak muda berkunjung ke museum. Benar, dengan menunjuk perwakilan anak muda tersebut untuk menjadi duta museum kiranya dapat membantu untuk mempromosikan museum kepada generasi muda.

Seiring dengan berkembangnya teknologi canggih, maka akan banyak pula museum multimedia yang bisa diterapkan. Imbasnya, biaya untuk menciptakan teknologi tersebut juga makin rendah, dan itu membuktikan jika masa depan museum multimedia ke depannya akan semakin cemerlang.

Museum Multimedia
illustrasi (Image: Getty Images)

Beberapa institusi telah benar-benar mendorong penggunaan AR dan VR ke tingkat ekstrim lebih jauh seperti Museum Kremer, yang telah resmi bisa dapat diakses mulai bulan November 2017. Museum multimedia ini menampilkan lebih dari 70 lukisan abad ke-17 Belanda dan Flemish yang telah difoto antara 2.500 dan 3.500 kali menggunakan teknik ‘fotogrametri’ untuk membangun satu model visual resolusi ultra tinggi untuk setiap lukisan, hal tersebut tentunyamemungkinkan pengunjung untuk menikmati pengalaman mendalam dengan lukisan-lukisan yang dipajang.

Di negara Jepang baru-baru ini, telah diumumkan bahwa tim seni kolektif ‘ultra technologists’ akan meluncurkan Museum Seni Digital mereka di Tokyo pada musim panas, yang akan sepenuhnya diisi dengan karya digital. Mereka mengatakan: “Teknologi digital telah memungkinkan kami untuk membebaskan seni dari batas fisik dan melampauinya.”

Brendan Ciecko, seorang Chief Executive Office (CEO) berusia 30 tahun dan pendiri Cuseum, perusahaan teknologi dari Amerika Serikat yang dibentuk pada tahun 2014 telah meluncurkan aplikasi mobile untuk museum-museum, mengatakan bahwa teknologi telah melampaui seni. Cuseum baru-baru ini telah mengerjakan proyek untuk Felice Grodin yang diberi tajuk Invasive Species, yaitu pameran pertama di dunia dengan menggunakan ARKit dari Apple di The Perez Art Museum di Miami (PAMM).

“Museum membutuhkan cara baru untuk menarik pengunjung, dan teknologi di museum seperti AR dan VR dapat menambahkan tools untuk pendidikan dan sebagai media untuk bercerita,” terang Ciecko. 

“Museum adalah pendongeng alami yang ingin membuat dan mendistribusikan cerita baru dengan cara baru. Dalam menggunakan AR, museum dapat secara virtual mengisi konten pendidikan atau menghibur tanpa memodifikasi ruang fisik sehingga menciptakan lapisan baru yang dapat digunakan untuk terhubung dengan pengunjung. ”Pungkasnya.

Museum Multimedia
illustrasi aplikasi MoA (Image: Cuseum)

Berkaca dari PAMM, mereka didorong oleh misi kelembagaan dan komitmen mereka untuk mendukung seniman dan mempersembahkan karya digital  yang diperuntukkan demi pameran AR sepenuhnya. 

“Sebagai museum abad ke-21, PAMM berusaha untuk memperkuat gagasan museum sebagai tempat untuk eksperimen dan laboratorium untuk ide-ide. Satu dekade yang lalu mungkin mustahil, tetapi hari ini, teknologi ada di sekitar kita. Museum, sama seperti jenis bisnis atau organisasi apa pun, menghadapi tantangan baru (dan peluang) karena teknologi dengan cepat mengubah cara hidup kita. Secara paralel, perilaku, harapan, dan selera pengunjung museum berkembang lebih cepat dari sebelumnya dan museum harus beradaptasi.” terang Direktur PAMM Franklin Sirmans.

Baca Juga: Perjalanan di Museum BPK RI, Museum Canggih di Pusat Kota Magelang

Menurut Brendan Ciecko selaku CEO Cuseum, biaya dan hambatan dalam mengimplementasikan teknologi AR untuk museum, telah berkurang selama beberapa tahun terakhir. Melalui pengenalan ARKit dari Apple dan ARCore dari Google di tahun 2017 lalu, banyak perusahaan teknologi besar dunia yang mulai mengenalkan beberapa aplikasi gratis yang dapat menghemat biaya bagi suatu museum untuk menyediakan fasilitas berteknologi terkini bagi wahana yang ada di dalamnya. 

Tak salah jika museum multimedia menjadi jawaban yang paling tepat untuk dijadikan media entertainment dan juga education center bagi masyarakat pecinta sejarah. Lewat pemanfaatan teknologi yang tepat, kiranya menjadi modal utama dalam menggaet masyarakat untuk mengunjungi museum berkali-kali. Layaknya mereka berwisata ke tempat-tempat menarik lainnya.

MonsterAR selaku perusahaan AR dan VR ternama di Indonesia, juga mempunyai beragam produk serta layanan AR dan VR yang dapat mensukseskan semua kebutuhan promosi ataupun keperluan perusahan lainnya. Tak hanya itu saja, MonsterAR juga mengembangkan berbagai macam aplikasi dan juga software yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan semua bidang industri yang ada. Mau tahu lebih banyak tentang AR dan VR? Hubungi kami di sini ya!

Program Gerakan Digitalisasi Museum dari MonsterAR untuk seluruh museum di Indonesia
| 1. Free Konsultasi | 2. Free Konsep Design | 3. Free Estimasi Biaya (RAB) |
Hubungi kami sekarang juga, konsultasi GRATIS !

Kunjungi channel Youtube MonsterAR untuk selengkapnya tentang project kami

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

How can we help you ?