Brand yang menggabungkan metode pemasaran tradisional dengan Augmented Reality (AR) terbukti lebih baik. Contoh produk branding dengan dua teknik tersebut kini menjadi topik riset dan studi bagi kalangan pemasar dan penjualan di seluruh dunia.

Dalam sebuah analisa meta, 90% brand menemukan fakta bahwa kampanye pemasaran yang memadukan metode tradisional dengan AR hampir tiga kali lipat berhasil menaikkan brand dengan biaya yang 59% lebih sedikit secara rata-rata.

AR mengikuti jejak perangkat AI, seperti ChatGPT dan Midjourney. AR akan tetap eksis, terlebih setelah pelaku bidang pemasaran dan industri kreatif membuktikan bahwa AR meninggalkan dampak yang lebih kuat dibandingkan taktik biasa.

Pentingnya AR

AR telah melampaui fase mulanya. Apabila kita mempelajari betul perkembangan teknologi dalam beberapa tahun terakhir, hal yang kentara adalah pemasaran yang tidak lagi bisa bergantung hanya pada cara tradisional. Setiap ruang kini menyimpan potensi menjadi platform bercerita (dengan izin pengguna, tentunya) agar membuat brand lebih dekat dengan konsumen melalui pengalaman tidak terlupakan.

Sekarang ini, segala hal bentuknya jika tidak 3D, visual bergerak, atau video. Sudah bukan lagi ilustrasi dan foto. Menjadikan AR sebagai bagian dari strategi desain dan pemasaran merupakan cara bagaimana brand mencapai target mereka – entah berbentuk tampilan konferensi virtual yang lebih baik atau filter AR di foto atau tablet. Target ini yang dimaksudkan agar interaksi dengan pengguna membuat brand terlihat beda.

Contoh produk branding yang memakai AR

Bertentangan dengan pendapat yang populer di publik, AR bisa dimanfaatkan untuk berbagai jenis bisnis. Di bawah ini contoh bisnis B2B dan B2C yang menggunakan AR dan bagaimana inovasi ini memaksimalkan dampak pemasarannya.

1. IKEA: Place Tool (B2B & B2C)

Perencana rungan AR milik IKEA, IKEA Place, membuat konsumen bisa mencoba versi coba produk secara digital ke dalam ruang dunia nyata apa saja yang dipilih. Setelah memilih satu produk, arahkan ponsel atau tablet ke ruangan yang diinginkan lalu gunakan jari untuk memindahkannya ke lokasi yang dimau. Dari situ, filter menghasilkan model produk yang hampir sempurna di ruangan itu.

Selain jelas penggunaannya untuk tipe B2C, aplikasi ini bagus pula untuk pebisnis yang ingin mempercantik kantor dan ruangan kerja lainnya. IKEA Place cepat sekali menjadi salah satu aplikasi terpopuler di sektor ini dengan hampir 8,5 juta unduhan.

Kegunaan aplikasi ini adalah memberikan konsumen dan pihak lainnya melihat apakah produk pas dengan ruangan yang mereka pilih. Hal ini sangat membantu dalam mempermudah pengambilan keputusan tanpa harus datang secara langsung ke toko fisiknya. Tingkat pengembalian produk turun hingga 20% dan pembelian secara daring meningkat 35%.

2. Ceridian Dayforce: Kios Konvensi AR (B2B)

Raksasa teknologi kerja Ceridian Dayforce merasakan hal berbeda dari pemanfaatan AR dalam penyajian saat konvensi. Perusahaan ini bermitra dengan Superside untuk meningkatkan nilai brand mereka ketika menghadiri suatu konvensi. Dengan filter AR, pengunjung dapat menyaksikan cuplikan solusi yang ditawarkan oleh platform pengelolaan karyawan tersebut.

Dengan memadukan kios konvensi secara personal dengan komponen AR maka perusahaan ini bisa menonjol di tengah persaingan teknologi yang sangat ketat. AR teramat efektif untuk bisnis yang berkaitan dengan konvensi, dimana pengambil keputusan terbanjiri oleh pilihan solusi.

3. StubHub: Denah Tempat Duduk Super Bowl (B2C)

Contoh produk branding berikutnya datang dari perhelatan Super Bowl yang kehadirannya begitu dinanti publik Amerika Serikat.

Mendekati Super Bowl, penjual tiket StubHub memperkenalkan fitur AR yang membuat calon pembeli bisa melihat model virtual dari kursi yang akan mereka beli di Bank Stadium. Selain itu, mereka juga bisa “mengintip” struktur parkir dan area konsesi terdekat. Konsumen dapat memvisualisasikan pengalaman mereka secara komplet sebelum membeli sekaligus mengurangi resiko membeli kursi yang tidak memuaskan.

Baca juga: Sewa PhotoBooth, Solusi Terbaik Ramaikan Boothmu di Event

Meningkatnya kepercayaan pembeli tidak hanya membantu mereka. Kemampuan AR dalam menunjukkan kursi kemudian mengarahkan ke kursi yang lebih nyaman menjadikan ini semua alat pemasaran untuk pembelian lebih mahal. Iklan yang memadukan interaksi akan lebih efektif dalam menjangkau calon konsumen.

4. Superside: Standout Summit Game (B2B)

Untuk memperoleh impresi hingga 1 juta, ditonton sampai 2 juta kali bahkan ditonton rata-rata 41 detik per sesi, Anda bisa mengandalkan AR game. Ini terbukti ketika membuat game untuk Standout Summit. Lensa AR Instagram membuat penggunanya dapat menentukan sesi mana dalam acara tersebut yang paling menarik bagi mereka cukup dengan memiringkan kepala saja.

Dengan berhasil menjaga engagement dengan penggunanya cepat dan interaktif, promosi acara ini menjadi jauh lebih cepat dibandingkan dengan hanya mengandalkan cara pemasaran biasa.

5. OnePlus: Nord Launch (B2C)

Cara apa yang lebih baik untuk memperkenalkan produk teknologi terbaru selain secara virtual memberikan produk itu ke calon pembeli? Mereka bisa langsung mengecek desainnya yang licin, antar muka piksel yang sempurna dan fitur yang begitu kaya secara sangat terperinci. OnePlus memilih cara tersebut. Perusahaan elektronik ini mendemonstrasikan ponsel baru mereka melalui peluncuran produk virtul atau AR dimana setiap ponsel baru bisa melayang di tampilan piranti pengunjungnya.

Hasilnya, lebih dari 100 ribu pengguna melihat siaran langsung peluncuran produk ini. Mereka tertarik mempelajari produk ini melalui medium baru dan bisa bertanya tentangnya. Penggunaan AR oleh OnePlus membuat mereka bisa menjangkau audiens yang lebih luas.

6. Malibu: Tropical Parkour (B2C)

Perusahaan minuman keras terkenal menciptakan game AR sebagai bagian dari kampanye musim panas mereka yang bertajuk “Secuil Sinar Matahari”. Game Malibu Tropical Parkour menggunakan AR Marker Tech Snapchat untuk mengubah billboard, mengemas produk dan menyeleksi gedung untuk dibuat menjadi animasi dan games saat dipindai oleh piranti pengguna.

Ketika melihat ke permukaan tertentu, pengguna akan tertarik untuk memainkan sidescroller game yang membuat mereka harus berupaya menghindari tabrakan dengan benda tropis dan mengumpulkan semua kekuatan untuk terus naik ke atas. Khususnya saat halte bus (iklan paling banyak ditemukan di sini), memainkan game singkat ini membuat menunggu bus menjadi jauh lebih tidak membosankan, bahkan seru. Dengan cara ini, Malibu memakai AR untuk menciptakan pengalaman brand yang meninggalkan kesan lebih kuat dibandingkan taktik pemasaran biasa.

7. Konsultan AEI: Ruang Istirahat Bersponsor (B2B)

AEI, perusahaan terdepan dalam sektor ruang teknologi lingkungan, ingin membuat pengalaman AR yang inovatif dan seru untuk konferensi berkelas di Las Vegas. Menyadari pentingnya jeda saat konferensi, mereka memperkenalkan ruang istirahat bersponsor dengan tampilan kertas agar bisa menikmati pengalaman AR. Setiap pengalaman menitikberatkan “masa depan” yang bisa muncul jika bekerja dengan AEI.

Memindai setiap kartu bertransformasi menjadi gambar penggabungan karya animasi 2D dan 3D yang terbuka seperti buku yang tiba-tiba muncul pada piranti peserta konvensi tersebut. Gambar yang mencolok dan sifat pengalaman yang tidak wajar ini membedakan brand ke pengunjung sekaligus mendatangkan perhatian ke bangunan dan jasa lingkungan perusahaan ini.

8. Krol G: Augmented Avatar (B2C)

Contoh produk branding yang ini tidak kalah uniknya. Bergerak di sektor seni, khususnya musik, tim pemasaran Karol G tahu betul agar brand mereka unggul. Tim ini memilih filter web AR untuk melacak permukaan untuk memungkinkan penyanyi rap dan Latin “muncul” di permukaan apapun di ponsel atau tablet, menari dengan teks 3D dan simbol hati.

Baca juga: Jasa Augmented Reality Custom Terpercaya dengan Harga Kompetitif di Indonesia

Avatar menarik Karol G sederhana tetapi menjadi sentuhan penting dalam kampanye pemasaran bagi album tersebut. Dengan mempresentasikan pengalaman fisik yang interaktif di sektor dimana pengalaman biasanya hanya untuk didengar, pemasaran AR Karol G menjadi menonjol di kalangan penikmat musik.

9. Coca-Cola: In-Store Visualizer (B2B)

“Tapi bagaimana tampaknya nanti?” tanya seorang manajer ritel. “Lihat sendiri saja,” jawab Coca Cola.

Meski interaksi di atas hampir saja tidak terjadi, Coca Cola memakai AR untuk menyelesaikan masalah yang umum menimpa departemen B2B dan penjualannya: memvisualisasikan bagaimana dan jika pendingin minuman akan pas di toko-toko.

Pemimpin pasar minuman ringan ini belajar bagaimana memasarkan produk mereka ke pembeli dalam waktu yang sangat lama. Kini, AR menjadi alat terbaru. Melihat katalog atau website yang penuh dengan pilihan lebih dingin menjadi satu hal bagi sebuah bisnis. Mengetahui bagaimana pajangan dengan stok produk pas hingga rak terakhir menjadi hal berbeda. Bagi Coca Cola, AR menghilangkan batasan dan menegaskan reputasinya sebagai brand yang berkomitmen pada kenyamanan.

10. Amazon: Uji coba virtual (B2C)

Kami menutup daftar contoh produk branding di sini dengan contoh B2C. Amazon, salah satu peritel daring terbesar di dunia, memilih AR untuk menjawab keresahan konsumen mengenai pertanyaan “bagaimana wujudnya?”

Amazon memakai AR untuk membantu calon konsumen “menjajal” separtu secara virtual sembari menilai produk tersebut. Selain itu, terobosan ini meninggalkan kesan yang lebih awet di benak pembeli bahwa brand ini inovatif dan canggih.

Itulah 10 contoh produk branding yang semoga bisa menginspirasi ide bisnis Anda. Jika saat ini Anda menginginkan konsep serupa, silahkan berdiskusi dengan tim penjualan kami, MonsterAR. Kami akan senang membantu konsep pemasaran yang lebih efektif bagi bisnis Anda dan tentunya memakai keahlian teknis dan kreativitas dari tim kami. Hubungi kami sekarang juga.

Pemasaran produk lebih powerful dan efektif melalui teknologi AR/VR
Hubungi kami sekarang juga, konsultasi GRATIS !

Kunjungi channel Youtube MonsterAR untuk selengkapnya tentang project kami

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

How can we help you ?