Membaca buku masih identik dengan kesan membosankan dan statis. Padahal membaca buku menjadi alasan penting untuk mempersiapkan masa depan anak yang lebih gemilang. Buku Augmented Reality menawarkan solusi menyenangkan agar tumbuh semangat membaca bagi anak, terutama Generasi Z.

Buku Augmented Reality merupakan turunan dari pesatnya perkembangan teknologi. Bagi kalangan muda, terutama Generasi Z dan Alpha, visual terbukti lebih menarik bagi mereka. Buku yang tanpa visual sama sekali membutuhkan fokus dan usaha yang cukup keras. Sedangkan visual sangat membantu dalam tidak hanya menyampaikan ilmu melainkan juga menggerakkan rasa keingintahuan murid.

Apa itu buku Augmented Reality dan bagaimana cara kerjanya?

Augmented Reality (AR) memegang kunci tercapainya target pembelajaran sebagaimana yang ditetapkan ketika membuat buku AR. Teknologi AR sendiri merujuk pada penambahan konten 2D atau 3D ke dalam lingkungan nyata penggunanya. Saat membuka buku Augmented Reality, anak-anak bisa menyaksikan buku menjadi lebih hidup. Gambar dalam buku bisa “hidup” dengan memunculkan informasi mengenai gambar tersebut.

Teknologi AR bekerja dengan mengandalkan deteksi citra dan marker AR. Dibutuhkan kamera yang telah dikalibrasi agar sanggup mendeteksi marker yang diberikan. Kamera akan bekerja mengenali dan menandai pola marker. Setelahnya, kamera akan memeriksa apakah marker sesuai dengan database kepunyaannya atau tidak. Apabila sesuai maka marker akan melakukan rendering lalu mengubah obyek menjadi 3D atau animasi yang sebelumnya telah dipersiapkan. Jika tidak, informasi tidak akan diubah menjadi 3D atau animasi.

Buku Augmented Reality dapat mengubah teks, grafik, video, dan audio menjadi konten multimedia lalu menggabungkannya ke lingkungan asli murid secara real-time. Buku ini memadukan unsur pendidikan, teknologi, dan hiburan. Anak-anak bisa menikmati konten 3D yang dinamis beserta ilmunya.

Apa saja keuntungan buku Augmented Reality?

Teknologi AR sudah digunakan secara luas di dunia penerbitan sebab mampu menawarkan keunggulan seperti di bawah ini: 

  1. Memberikan pengalaman baca yang lebih gampang dan lebih interaktif bagi pembaca, terutama anak-anak. Dengan metode ini, anak-anak bisa diarahkan menjadi pembaca seumur hidup. Teknologi AR merupakan pintu gerbang agar anak-anak meraup berbagai manfaat membaca buku fisik di masa depan.
  2. Membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran apapun bidangnya. Siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran daripada hanya mengandalkan membaca kata-kata yang rumit. 
  3. Menjadikan kelas lebih interaktif sehingga proses belajar-mengajar menjadi lebih seru, tidak lagi kaku. Guru akan mendapati murid lebih aktif bertanya sehingga belajar tidak hanya berlangsung mayoritas dari satu arah, yakni dari guru.
  4. Menumbuhkan jiwa kritis bagi murid yang berakar dari keseruan memproses materi yang begitu hidup dengan teknologi AR.
  5. Sedangkan bagi penerbit, teknologi AR menawarkan potensi pendapatan menjanjikan selain menjual buku berbentuk fisik. Contoh produk yang bisa dijual adalah e-book dengan sematan teknologi AR melalui pembelian di dalam aplikasi atau menjalankan model bisnis berlangganan.

Buku Augmented Reality untuk Menggambar

Teknologi buku AR tidak hanya untuk buku teks melainkan juga untuk buku menggambar seperti pada AR drawing. Jenis buku ini pas bagi anak yang doyan mencorat-coret kertas. Dengan teknologi ini, anak tinggal mewarnai sebuah buku lalu sistem AR akan secara otomatis mengenali halaman dan warna yang mereka pakai. Sistem akan secara langsung memetakan hasil akhir halaman yang mereka warnai untuk memunculkan ruang virtual dan model 3D seketika. Deteksi fitur lingkungan nyata dan teknik pemrosesan gambar menjadi dasar bagi sistem ini sehingga mudah dilihat pada semua jenis aplikasi penerbitan AR.

Contoh AR drawing bisa di lihat di event “Gebyar Wisata Nusantara Expo (GWN Expo) dan Gebyar Travel Fair 2023.” Dimana salah satu daya tarik utama di event ini adalah Digital Avatarium yang kami buat, dimana pengunjung bisa mewarnai dan coret-coret gambar biota laut kemudian scan untuk membuatnya hidup dan bergerak-gerak di tampilan layar projector dengan tema bawah laut.

Buku AR untuk menggambar membutuhkan registrasi fitur pada lingkungan nyata agar bisa mendukung pengimbuhan dan modifikasi buku fisik. Registrasi haruslah kuat agar sanggup memodifikasi konten dalam buku. Jika tidak, perubahan kecil pada gambar asli akan menyebabkan registrasi gagal. Serangkaian filter harus digunakan agar bisa menghilangkan sebanyak mungkin warna dari setiap frame.

Baca juga: Startup Augmented Reality Segarkan Wajah Bisnis Luar dan Dalam

Bagi setiap frame video, kontras gambar harus dimaksimalkan untuk memastikan konsistensi warna lalu menyeimbangkan warna putih. Jarak untuk setiap piksel diukur dari garis antara hitam dan tingkat abu-abu optimalnya yang bisa jadi masuk ke dalam piksel hitam. Tahap terakhir penghilangan warna ini dilakukan untuk warna putih yang telah melampaui batasnya.

Setelah warna putih berhasil dimasukkan, frame lalu disesuaikan dengan dimensi dan orientasi sekaligus gambar halaman yang dipakai untuk registrasi. Pada saat bersamaan, teks diambil. Registrasi deteksi gambar terhenti ketika proses registrasi baru dimulai untuk mendeteksi halaman berwarna yang membutuhkan perbaikan.

Apa saja contoh buku Augmented Reality?

Buku AR sebenarnya bukan inovasi yang baru di dunia penerbitan global. Menurut data dari Harvard Business Review, teknologi AR telah pertama kali dipakai pada 2008. Produsen mobil elit BMW memilih buku AR untuk membuat iklan majalah miliknya pada tahun ini. Berikut contoh lainnya:

1. The New Yorker

Pada 2016, The New Yorker memperkenalkan teknologi AR untuk menghadirkan pengalaman baca yang unik. Penggunanya cukup mengunduh aplikasi pada smartphone masing-masing. Berikutnya, arahkan kamera pada smartphone ke sampul majalah untuk melihat pemandangan kota yang sudah diubah menjadi animasi 3D oleh seniman bernama Christoph Niemann.

2. Masters of the Sun

Black Eyed Peas dan studio animasi Marvel membuat Masters of the Sun, sebuah novel grafis dengan sentuhan teknologi AR. Di dalamnya terdapat suara sehingga novel ini menjadi “hidup”. Suara dalam buku ini berasal dari bintang pop Jaden Smith dan Snopp Dogg, yang tentunya mengimbuhkan nilai di dalam novel ini.

3. Toy Story Woody’s Augmented Reality Adventure

Toy Story merupakan komik legendaris yang memilih teknologi AR untuk menyegarkannya. Pembaca cukup mengaktifkan aplikasi dalam buku ini. Agar lebih menyenangkan, teknologi AR di sini menyediakan teka-teki untuk memantik imajinasi dan meningkatkan kemahiran penyelesaian masalah bagi anak-anak.

Buku Augmented Reality di Indonesia?

Satu dekade dari pemakaian secara komersialnya di luar negeri, buku Augmented Reality di pasar nasional pertama kali hadir pada 2018. Untuk memakainya, cukup unduh aplikasi khusus di smartphone atau perangkat apa saja yang terhubung dengan kamera. Lalu, arahkan kamera ke setiap halaman buku AR dengan marker khusus. Konten multimedia akan muncul yang bisa bergerak dan bersuara menyesuaikan dengan lingkungan saat itu.

Sebagai perusahaan yang sudah berpengalaman di teknologi AR dan Virtual Reality (VR), MonsterAR siap menyediakan buku  berteknologi AR bagi murid. Tipe bisnis ini cocok bagi penerbit dan institusi pendidikan. Kami mempunyai teknologi AR yang sudah terbukti kompeten dan tim kreatif untuk menggarap keterhubungan ilmu dengan aspek hiburan. Yuk hubungi tim pemasaran kami untuk informasi lebih lengkapnya.

Penerapan AR dan VR di sekolah tingkatkan kualitas pendidikan dan minat belajar anak

Hubungi kami sekarang juga, konsultasi GRATIS !

Kunjungi channel Youtube MonsterAR untuk selengkapnya tentang project kami

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

How can we help you ?