Virtual Reality Tingkatkan Empati

Virtual Reality Tingkatkan Empati Terhadap Kaum Tunawisma

Hingga saat ini, Virtual Reality (VR) masih banyak dianggap sebagai media hiburan dan game belaka. Padalah, banyak sekali manfaat yang bisa dipetik dari teknologi ini. Misalnya untuk kepentingan bisnis bisa memperkuat strategi marketing, tingkatkan produktifitas kerja hingga pelatihan keselamatan. Begitupun dalam kehidupan sosial. Ternyata, kampanye melalui Virtual Reality dapat tingkatkan empati kita terhadap kaum tunawisma lho.

Sebuah studi baru meneliti penggunaan yang sangat menjanjikan untuk teknologi imersif ini, yaitu meningkatkan empati. Penelitian tersebut menemukan bahwa, dibandingkan dengan pendekatan tradisional, menggunakan VR untuk mengalami kehidupan genting seorang tunawisma dapat memicu perasaan empati dan rasa peduli yang lebih kuat dan bertahan lebih lama terhadap populasi yang sering diabaikan itu.

Realitas virtual bisa dibilang merupakan mesin empati yang kuat karena memungkinkan penggunanya untuk mengalami situasi apa pun dari sudut pandang manapun. Penelitian yang dilakukan memberikan bukti bahwa efek ini dapat berlangsung selama berminggu-minggu, dan memicu tindakan positif di dunia nyata.

Para peneliti melakukan dua studi yang membandingkan efek dari perjalanan realitas virtual dengan cara yang lebih konvensional dan kurang mendalam dalam mengasumsikan perspektif orang lain. Yang pertama menampilkan 117 orang yang direkrut dari sekitar Wilayah Teluk San Francisco. Semua diinstruksikan untuk membayangkan seperti apa hidup ini jika mereka tiba-tiba menjalani hidup sebagai seorang tunawisma.

Sekitar setengah dari mereka membaca narasi tentang kehidupan orang yang kehilangan tempat tinggal, termasuk diusir dari rumah, tinggal di dalam mobil, dan merasa terancam oleh penjahat. Yang lain mengalami pemandangan dan suara dari cerita yang sama saat mengenakan headset realitas virtual.

Peserta menyelesaikan kuesioner segera setelah itu, dan menanggapi tiga survei lanjutan selama delapan minggu ke depan.

Para peneliti melaporkan bahwa, meskipun kedua teknik tersebut berhasil meningkatkan empati terhadap para tunawisma dan sumbangan ke tempat penampungan, pengalaman VR mengarah pada sikap yang lebih positif dan bertahan lama terhadap para tunawisma hingga dua bulan setelah intervensi.

Secara khusus, peserta ditanya di akhir sesi awal apakah mereka mendukung proposisi surat suara yang kemudian diperdebatkan yang akan menaikkan pajak untuk meningkatkan perumahan yang terjangkau di wilayah tersebut.

Meskipun peserta dalam kedua kondisi mengklaim mendukung Proposisi A pada tingkat yang sama, menurut laporan para peneliti, partisipan yang menggunakan VR lebih tinggi secara signifikan dalam tindakan penandatanganan petisi untuk mendukung. Pengalaman itu rupanya menggeser beberapa peserta dari yang tadinya mendukung secara pasif menjadi secara aktif mendukung para tunawisma.

Baca juga: Walmart Buktikan Bahwa Pelatihan Simulasi VR Dapat Selamatkan Jiwa

Empat minggu kemudian, peserta ditanya apakah mereka mendukung inisiatif perumahan murah yang berbeda. Para peneliti menemukan efek intervensi memudar bagi mereka yang hanya mengalami kehidupan tunawisma melalui narasi cerita konvensional. Dukungan mereka di langkah kedua ini jauh di bawah dukungan mereka pada langkah pertama.

Tetapi mereka yang mengalaminya secara langsung melalui headset VR tetap teguh, mendukung inisiatif kedua dengan kecepatan yang sama dengan yang pertama. Pengalaman itu tampaknya melekat di ingatan dan hati mereka, dan memperkuat komitmen mereka untuk membantu.

Elemen lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa Virtual Reality tingkatkan empati dan menciptakan ikatan pribadi yang lebih kuat dengan kaum tunawisma daripada hanya membaca tentang keadaan mereka yang menyedihkan. Dalam latihan menulis yang dilakukan dua minggu setelah “mengalami kehidupan tunawisma” yang mereka jalani, anggota kelompok VR yang menulis tentang masalah tunawisma dan kemungkinan solusinya menggunakan kata ganti “kami,” “kami,” dan “kami” lebih sering daripada yang hanya membaca narasi.

Sebuah studi lanjutan, yang memanfaatkan empat jenis pengambilan perspektif, termasuk realitas virtual, juga menemukan VR memiliki dampak paling kuat. Mereka yang benar-benar mengalami kehidupan tunawisma melalui VR secara signifikan lebih cenderung menandatangani petisi yang mendukung inisiatif perumahan yang terjangkau daripada anggota kelompok lain (termasuk yang mengalami versi narasi yang diilustrasikan dengan gambar).

Pada kenyataannya, sebagian besar orang yang menggunakan VR pasti akan melakukannya untuk melarikan diri ke alam fantasi yang indah, alih-alih menjalani simulasi kehidupan tunawisma yang menyedihkan. Tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa teknologi VR memiliki potensi besar untuk memperluas dan memperkuat empati, dan tentu dampaknya akan sama kuat juga apabila diterapkan sebagai salah satu strategi branding bagi produk Anda.

Virtual Reality berikan pengalaman brand yang personal dan mendalam bagi Audiens

Hubungi kami sekarang juga, konsultasi GRATIS !

Kunjungi channel Youtube MonsterAR untuk selengkapnya tentang project kami

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *