Penerapan XR Untuk Bisnis: Optimalkan Omset dan Produktifitas Kerja
Extended Reality, atau biasa dikenal sebagai XR merupakan istilah yang mewakili teknologi Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR) dan Mixed Reality (MR) secara keseluruhan. Teknologi ini mulai dikenal luas sejak boomingnya game AR Pokemon Go. Sebenarnya, XR sangat bisa dimanfaatkan dalam mendukung pertumbuhan bisnis. Perusahaan besar yang telah melakukan penerapan XR untuk bisnis di antaranya Volvo Trucks, Bank US HSBC, dan Novartis. Pada konferensi XRIntelligence online yang diselenggarakan pada tanggal 5 Mei tahun ini, para perwakilan dari ketiga perusahaan tersebut membicarakan tentang tantangan adopsi XR untuk perusahaan dan bisnis.
Satu hal yang menarik adalah Volvo Trucks, HSBC dan Novartis sama-sama memulai penerapan XR pada tahun 2017 (satu tahun setelah diluncurkannya Pokemon Go). Dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa Pokemon Go memberikan dampak yang besar terhadap adopsi XR di sektor bisnis.
“Kami ingin memberikan kesempatan terbaik kepada tim kami untuk melihat dan berinteraksi dengan truk serta produk lainnya, dan kami menganggap Virtual Reality sebagai pilihan terbaik pada saat itu,” ucap Amanda Clarida, Manajer Desain dan Pengembangan Pembelajaran Volvo Trucks. Volvo awalnya menggunakan VR sebagai media untuk melatih tim penjualan tentang model truk baru. Meski begitu, tidak semua orang bisa menghadiri peluncuran besar yang direncanakan perusahaan. Dalam beberapa tahun terakhir, disamping untuk pelatihan, Volvo juga menggunakan VR untuk pengujian dan dalam pipeline desain produk.
Dalam industri farmasi, Kepala Pengembangan Teknologi Novartis Szczepan Baran menjelaskan bahwa perusahaan secara konsisten terus memantau teknologi baru yang muncul, yang dapat mempercepat proses masuk produk medis baru ke pasar. Dimulai dengan tahap awal R&D, ahli kimia dan ahli biologi menggunakan VR untuk melihat protein dan bagaimana mereka akan berinteraksi dengan molekul tertentu. Novartis menggunakan teknologi VR dalam pengembangan obat-obatan untuk produksi dan asosiasi pengajaran dalam prosedur aseptik. Itu sulit dilakukan di lingkungan fisik. Melakukannya di lingkungan virtual membantu dalam mempercepat pelatihan dan pengiriman obat kepada pasien.
Telepresence adalah kasus penggunaan lain yang sedang dijelajahi Novartis. Dalam aplikasi dasar, telepresence dapat menyatukan para pimpinan perusahaan untuk membuat keputusan medis, dan kemudian, ketika dipasangkan dengan AI, basis data, dan kemampuan untuk mengumpulkan gambar dan video, Baran memperkirakan bahwa dalam dua hingga tiga tahun mereka akan dapat menggunakan analitik prediktif pada informasi ini untuk teknik pengambilan keputusan yang jauh lebih maju.
Baca juga: 5 Alasan Kenapa Teknologi AR Kini Semakin di Lirik Oleh Berbagai Bisnis
Di sisi lain, tim inovasi HSBC memantau dengan cermat nilai, risiko, dan gangguan teknologi XR di berbagai pasar. Khususnya di masa pandemi COVID-19 saat ini dimana setiap perusahaan dipaksa untuk memutar otak karena tantangan baru yang dihadapi, yaitu harus bekerja dari jarak berjauhan tanpa batas waktu sementara performa kerja harus tetap optimal.
“Ketika Anda berpikir tentang mengalokasikan sumber daya dan anggaran, ada jutaan prioritas berbeda dan biaya investasi. Dan, seperti semua teknologi dan teknologi baru, seiring dengan semakin banyaknya R&D dan adopsi teknologi dilakukan, maka akan berbanding lurus dengan penurunan biaya yang harus dikeluarkan,” pungkas Jeremy Balkin sebagai Kepala Inovasi HSBC.
Melihat tingkat adopsi saat ini, khususnya AR di pasar konsumen, Balkin mengatakan bahwa seiring dengan semakin banyaknya perusahaan yang mengadopsi teknologi Augmented Reality, perusahaan yang tidak memberikan pengalaman AR akan menjadi semakin tidak relevan. Pandemi COVID-19 tentu turut berkontribusi besar juga dalam meningkatnya kurva adopsi teknologi digital. Secara tidak langsung, pandemi ini memaksa seluruh dunia untuk beralih dari konvensional ke digital, penerapan XR untuk bisnis pun tidak dapat terhindarkan lagi. Perubahan yang terjadi sangatlah pesat, dari yang awalnya membutuhkan waktu selama 10 tahun untuk adopsi teknologi, kini hanya dibutuhkan beberapa minggu saja.
New Normal akan mencakup lebih banyak telekonferensi, interaksi virtual, dan investasi untuk menjangkau khalayak secara konsisten seperti sebelum-sebelumnya, dan salah satu solusinya adalah dengan menggunakan jasa augmented reality dan virtual reality sebagai strategi branding dan pemasaran produk.
Virtual Reality menjadikan pelatihan lebih hemat biaya, efisien, dan tanpa risiko cidera
Hubungi kami sekarang juga, konsultasi GRATIS !
Kunjungi channel Youtube MonsterAR untuk selengkapnya tentang project kami
Leave a Reply