Menurut definisi, museum menyimpan dan menampilkan benda-benda bersejarah, ilmiah, artistik, atau seni dan budaya. Mulai dari kerangka dinosaurus, senjata-senjata peninggalan besejarah, atau sebuah mahakarya hasil kerajinan tangan, semua bisa kamu lihat di museum. Tetapi tidak peduli seberapa luar biasanya barang-barang di museum, tentu itu akan terasa membosankan bagi kebanyakan orang, terutama di zaman milenial ini, dan khususnya lagi bagi kaum muda yang terbiasa dengan berbagai multimedia dan teknologi.

Jika museum ingin tetap bertahan dan tidak tergerus oleh zaman, maka diperlukan penerapan teknologi museum untuk meningkatkan angka pengunjung yang datang. Menurut American Alliance of Museums (AAM), Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan adalah salah satu tren terbesar dalam kehidupan masyarakat.

Bagaimanakah cara penggunaan AI sebagai teknologi museum supaya dapat menjaga museum tetap bertahan di zaman serba digital ini?

1. Menelusuri Arsip

penerapan teknologi ai

AI akan menjadi tools penting bagi museum yang mengelola data dengan skala besar di abad ke-21 ini. Algoritma pengenalan visual dapat membuka potensi koleksi gambar digital dengan menandai, menyortir, dan menarik koneksi di dalam dan di antara basis data museum.

Sebagai contoh, perpustakaan presidensial Clinton memiliki jumlah email yang dapat dikelola, tetapi perpustakaan Presiden Obama akan berisi lebih dari satu miliar. Menurut AMA, “penerapan teknologi museum AI mungkin adalah satu-satunya solusi untuk mengelola dan membuat semua email-email tersebut lebih bermakna.”

Walau jumlah arsip terus bertambah, AI dapat terus melacak dan menginterpretasi sejumlah besar informasi dengan cara yang berguna bagi museum modern.

2. Dengan Penerapan Teknologi Museum, Sejarah Dapat Dihidupkan Kembali

Salah satu penerapan teknologi museum yang paling menarik adalah otomatisasi dalam merespon setiap pertanyaan kita. Contoh kecilnya adalah chatbots, dimana ia dapat merespon dan menjawab secara otomatis setiap chat dan pertanyaan yang kita kirim. Bahkan kini AI juga dapat merespon suara yang kita ucapkan, udah pernah coba “ok google” kan? Itulah contohnya.

Menurut Center for the Future of Museums, “Chatbots tokoh-tokoh sejarah, dipadukan dengan menampilkan tulisan, arsip, dan sejarah lisan dapat terlibat dengan pengunjung di dalam museum, yang dapat diakses oleh siapa saja yang memiliki smartphone. “Dan seiring dengan kemajuan robotik, maka akan memungkinkan untuk mereplikasi tokoh-tokoh penting yang sudah meninggal dan menghidupkannya kembali dengan teknologi AI, seperti Abraham Lincoln misalnya. Dan kini, itupun sudah bisa terwujud. Tidak percaya? Lihat video di bawah ini.

3. Menonjolkan Terobosan Dalam Inovasi AI

penerapan teknologi ai

Karena AI menjadi terkenal di berbagai industri, wajar saja jika teknologi ini ditampilkan di museum modern di seluruh dunia. Jika tujuan museum adalah untuk menampilkan objek yang menarik, penerapan teknologi AI sudah memiliki banyak kontribusi: seni buatan AI, sistem pertahanan AI, perangkat medis AI, dan banyak lagi.

Beberapa aplikasi ini sudah ditampilkan oleh museum yang berpikiran maju. Di Museum Nasional Sejarah Amerika, sebuah pameran yang disebut Inovasi Pertahanan: Kecerdasan Buatan dan Tantangan Cybersecurity berlangsung hingga September 2017, menampilkan “sistem pertahanan cyber kecerdasan buatan pertama yang dirancang khusus untuk menggagalkan serangan terhadap perangkat kita yang semakin saling berhubungan – dan rentan – .”

Pada pameran Robots and Beyond di Museum MIT, para pengunjung Robots and Beyond disuguhi pemandangan di belakang layar tentang bagaimana laboratorium AI milik MIT membuat kemajuan luar biasa dalam bidang kedokteran, eksplorasi bawah laut, hiburan, dan sebagainya.

4. Membantu dan Mempermudah Pengunjung Museum

Keunggulan dari penerapan teknologi AI di semua bidang adalah kemampuannya untuk membebaskan karyawan manusia dari pekerjaan rutinitas yang mudah dan sederhana. Di museum, tidak jauh berbeda. Alih-alih mencari informasi melalui meja resepsionis, dengan AI kita bisa bertanya langsung kepada komputer sehingga staf dapat fokus pada tugas dan proyek yang lebih kreatif?

Dengan teknologi museum jenis ini, pengunjung dapat mengakses informasi dan jawaban yang dikumpulkan dari koleksi museum, data, dan internet sendiri dalam waktu yang singkat. Mereka juga dapat menggunakan bantuan AI untuk memesan tiket dan merencanakan kunjungan tanpa menunggu.

Penerapan teknologi AI juga dapat membantu museum menganalisis data untuk meningkatkan pengalaman pengunjung dan membuat prediksi tentang apa yang akan terjadi. Galeri Nasional menggunakan alat yang disebut Dexibit untuk menganalisis kunjungan dan memperkirakan kehadiran dan keterlibatan di masa mendatang.

Karena AI menjadi lebih efektif dan terjangkau, aplikasi plug-in yang sederhana dan kemitraan seperti ini akan membantu museum meningkatkan praktik bisnis mereka tanpa memerlukan spesialis AI. Sebagai perangkat standar, museum akan memberdayakan dan mendukung staf mereka di berbagai bidang mulai dari pemasaran hingga analitik.

Baca Juga: Keunggulan dan Penerapan Museum Digital di Indonesia Hingga Saat Ini

5. Bergerak Menembus Kotak Kaca

Museum adalah ruang suci di mana budaya dan sejarah sama-sama dijaga dan disebarluaskan. Tetapi ini tidak berarti mereka harus kuno atau “ketinggalan jaman”. Justru sebaliknya: Museum multimedia dan teknologi akan menghubungkan masa lalu dengan zaman modern dan memperkaya nilai dari museum.

Dengan teknologi yang tepat, inovasi akan meningkatkan aksesibilitas dan relevansi di luar kotak kaca yang polos. Bahkan lebih baik lagi, penerapan teknologi AI di museum akan membuat konten  berbicara sendiri (secara harfiah).

Program Gerakan Digitalisasi Museum dari MonsterAR untuk seluruh museum di Indonesia
| 1. Free Konsultasi | 2. Free Konsep Design | 3. Free Estimasi Biaya (RAB) |
Hubungi kami sekarang juga, konsultasi GRATIS !

Kunjungi channel Youtube MonsterAR untuk selengkapnya tentang project kami

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

How can we help you ?