Pokemon Go menjadi contoh nyata bagaimana Augmented Reality (AR) dapat mengubah cara kita berinteraksi dengan lingkungan, kota, dan dunia fisik di sekitar kita. Bayangkan apabila lokasi pokestop dan gym yang harus dikunjungi pemain adalah titik pariwisata yang penting dan menopang banyak kehidupan orang-orang, tentu penerapan AR untuk pariwisata dapat menimbulkan dampak yang positif bukan?

AR akan memberikan dampak yang tak terhindarkan bagi masa depan industri pariwisata termasuk perjalanan dan perhotelan. Sampai saat ini AR telah digunakan untuk memperkaya dan menyederhanakan pengalaman perjalanan dengan memengaruhi tempat Anda menginap, cara Anda bepergian, apa yang Anda makan, dan cara Anda menikmati beragam atraksi dari destinasi wisata.

AR Jadikan Pengalaman Wisata Lebih Interaktif

Berwisata adalah tentang menjelajahi tempat-tempat baru, tamasya, dan menikmati segala hal yang ditawarkan destinasi wisata. Virtual tour melalui AR dapat meningkatkan pengalaman ini dengan berbagai cara. Misalnya MARS Storytelling yang telah membuat situs bersejarah dan pusat pengunjung menjadi hidup dengan pengalaman AR yang dipersonalisasi, menjadikan kunjungan lebih menarik. Zaubar yang berbasis di Berlin juga menyediakan tur kota yang diberdayakan oleh AR yang membenamkan pengunjung ke dalam pengalaman belajar 3D tentang masa lalu dan masa kini dari sebuah kota. Asbury Park di New Jersey juga menawarkan tur AR-nya sendiri yang unik dan gratis yang merekonstruksi landmark bersejarah utama dalam tampilan AR di boardwalk Asbury Park.

Boulevard dan MuseoPic membantu museum menciptakan seni, arsitektur, dan pengalaman sejarah yang imersif dan interaktif dengan AR, dan sejumlah museum memiliki aplikasi AR sendiri untuk menyajikan pameran mereka dan melibatkan pelanggan dengan lebih baik. Seperti contohnya Museum Sejarah Nasional Smithsonian di Washington, D.C. yang menggunakan AR untuk kerangka di Bone Hall museum. Pengguna dapat mengunduh aplikasi Skin & Bones dan menggunakan smartphone mereka untuk menciptakan kembali hewan berdasarkan struktur kerangka. Museum Sejarah Alam Amerika di New York juga meluncurkan aplikasi Penjelajahnya sendiri dengan fungsi AR.

Baca juga: Virtual Tour Museum yang Tetap Populer Meski Pandemi Mulai Surut

AR Permudah Pelancong Dalam Bernavigasi

Setelah Anda memutuskan tujuan yang ingin Anda kunjungi, AR juga dapat membantu Anda bernavigasi dengan lebih baik di kota pilihan Anda. Google Lens dan Google Translate memungkinkan Anda memindai dan menerjemahkan rambu-rambu jalan, peta, panduan, dan bahkan menu secara real-time dan memberikan hamparan terjemahan AR dalam puluhan bahasa. Google Maps juga menggunakan AR untuk membuat navigasi lebih nyaman, dengan menempatkan tanda virtual besar di atas jalan dunia nyata untuk menunjukkan ke mana tepatnya Anda harus pergi. Moovit menawarkan fitur AR serupa di aplikasi navigasinya. Dengan cara ini, kemungkinan tersesat jadi lebih kecil walau berada di kota asing.

Penerapan teknologi AR untuk pariwisata juga dapat menjamin perjalanan Anda selanjutnya akan lebih menyenangkan dan berkesan. Landmarker Snapchat menyediakan pengalaman AR yang unik di lokasi tertentu di seluruh dunia. AR juga dapat digunakan untuk menampilkan informasi yang berguna saat wisatawan memindai lingkungan sekitar mereka serta rekomendasi tempat terbaik untuk dikunjungi, dan tidak perlu bingung lagi ketika memilih menu makanan dalam bahasa asing. AR juga dapat digunakan untuk menerjemahkan menu dan bahkan menambahkan konten digital seperti gambar 3D dan informasi nutrisi serta alergi untuk membantu pelancong supaya tidak salah makan.

Program Gerakan Digitalisasi Museum dari MonsterAR untuk seluruh museum di Indonesia
| 1. Free Konsultasi | 2. Free Konsep Design | 3. Free Estimasi Biaya (RAB) |

Hubungi kami sekarang juga, konsultasi GRATIS !

Kunjungi channel Youtube MonsterAR untuk selengkapnya tentang project kami

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

How can we help you ?