Shooting Film Menggunakan XR

Industri Film Heboh! Sneak Peek Perdana ‘Pelangi di Mars’ Tunjukkan Standar Baru Visual melalui Shooting Film Menggunakan XR

Proses shooting film menggunakan XR (Extended Reality), kini menjadi awal gebrakan baru di industri perfilman Tanah Air, terutama setelah teaser perdana Pelangi di Mars dari Mahakarya Pictures resmi dirilis dan langsung mencuri perhatian publik.

Film fiksi ilmiah bertema petualangan keluarga ini bukan sekadar tampil dengan cerita yang kuat, tetapi juga menunjukkan keberanian produksi dalam memanfaatkan teknologi digital tingkat tinggi yang mengokohkan ambisi film Indonesia untuk bersaing di panggung internasional.

Pada bagian tengah teaser, visual epik yang menampilkan lanskap planet merah seolah benar-benar nyata menjadi bukti bagaimana shooting film menggunakan XR menghadirkan standar sinematografi baru, teknologi yang selama ini identik dengan Hollywood dan kini mulai berakar kuat di Indonesia.

Momentum tersebut menandai lahirnya babak baru sinema nasional. Tak mengherankan jika shooting film menggunakan XR menjadi kunci dari kesan visual spektakuler Pelangi di Mars.

Visual Futuristik dan  Pendekatan Sinematik yang Berbeda

Pelangi di Mars merupakan film petualangan keluarga bergenre fiksi ilmiah karya sutradara Upie Guava dan diproduksi oleh Mahakarya Pictures, dengan jadwal tayang 2026. Sneak peek menampilkan lanskap Mars, sekumpulan robot cerdas, serta dinamika karakter yang menjadi inti cerita.

Dibalik visual yang memukau, produksi film ini memperlihatkan integrasi shooting film menggunakan XR untuk menciptakan dunia virtual secara real-time yang dapat dilihat langsung oleh para aktor selama proses syuting. Ini berbeda dengan teknik green screen yang selama ini lebih lazim digunakan.

Pendekatan tersebut memungkinkan pencahayaan, warna, kedalaman ruang, hingga pantulan cahaya pada objek fisik di set menyatu secara alami dengan latar virtual.

Dengan cara ini, metode shooting film menggunakan XR tidak hanya mempengaruhi estetika visual, melainkan juga kualitas akting karena aktor berinteraksi dengan lingkungan digital yang mereka lihat secara langsung.

Extended Reality (XR) Bawa Standar Baru Perfilman Indonesia

Untuk menghasilkan dunia Mars yang meyakinkan, tim produksi mengandalkan Unreal Engine, game engine yang digunakan dalam berbagai judul game populer. Melalui teknologi ini, planet Mars direkonstruksi secara 3D dengan detail tinggi lalu diproyeksikan ke layar LED raksasa di studio.

Teknik tersebut menjadi inti dari sistem shooting film menggunakan XR karena memungkinkan latar digital berubah secara real-time mengikuti kebutuhan adegan, mulai dari waktu, cuaca, hingga sudut kamera.

Tingkat fleksibilitas tersebut menjadi alasan mengapa metode ini semakin diminati secara global. Banyak produksi film internasional telah mengadaptasinya karena jauh lebih efisien dibandingkan membangun set fisik berskala besar atau sepenuhnya mengandalkan CGI di tahap pascaproduksi.

Pelangi di Mars menjadikan pendekatan ini sebagai tulang punggung visual, bukan sekadar eksperimen teknologi. Produser Dendi Reynando mengungkapkan bahwa ide kreatif Pelangi di Mars langsung memikatnya sejak awal, namun tantangan terbesar muncul justru pada proses pembuatannya.

Teknologi shooting film menggunakan XR dipilih sebagai solusi untuk menggabungkan animasi dan live action dalam satu adegan secara seamless, sebuah langkah maju yang hanya sedikit film dunia berhasil lakukan dengan baik.

Dengan XR dan Unreal Engine, produksi mampu menciptakan dunia Mars secara fotorealistik tanpa perlu melakukan syuting di lokasi nyata. Pendekatan ini membuat Pelangi di Mars tampil sebagai karya hybrid yang digital sekaligus tetap sarat emosi.

Bagi Mahakarya Pictures, proyek ini merupakan produksi dengan biaya terbesar hingga saat ini, namun kualitas visual dalam teaser telah membuktikan bahwa investasi tersebut layak dan berdampak besar.

Gabungan Live Action dan Visual Digital

Film ini menggunakan metode produksi hybrid yang menggabungkan live action, animasi 3D, XR, virtual production, dan elemen body acting. Pendekatan tersebut menciptakan interaksi yang harmonis antara aktor manusia dan karakter robot animasi tanpa perlu menunggu proses rendering akhir.

Integrasi teknologi XR dalam adegan-adegan inti juga membuat proses produksi lebih terkendali tanpa mengurangi ruang kreativitas visual. Sistem ini memungkinkan sutradara, sinematografer, dan tim artistik untuk melihat wujud dunia digital secara langsung di set, sehingga keputusan visual dapat diambil dengan lebih cepat dan akurat.

Produser Dendi Reynando menyebut bahwa tantangan terbesar bukan terletak pada teknologinya saja, melainkan pada bagaimana menghubungkan aspek teknis dengan narasi emosional. Meskipun menampilkan efek visual futuristik, film ini tetap bertumpu pada hubungan keluarga, persahabatan, dan harapan.

Pendekatan tersebut memastikan bahwa teknologi hadir sebagai penguat cerita, bukan pengalih fokus, sehingga setiap adegan memiliki keseimbangan antara spektakel visual dan kedalaman rasa.

Untuk Dendi dan tim Mahakarya Pictures, ini adalah pembuktian bahwa produksi berteknologi tinggi tetap bisa menghadirkan nuansa hangat dan humanis. Hasilnya, film ini tidak hanya menonjol secara teknis, tetapi juga menawarkan pengalaman sinematik yang lebih matang dan menyentuh, sesuatu yang jarang ditemui pada produksi keluarga berskala besar di Indonesia.

Sinopsis Pelangi di Mars

Teaser trailer memperkenalkan penonton pada tahun 2090, ketika Bumi kehilangan sumber air bersih dan hanya perusahaan Nerotex yang menguasai sisanya.

Pelangi, manusia pertama yang lahir dan tumbuh di Mars, menjalani kehidupan sunyi bersama robot-robot cerdas. Konflik mulai memuncak saat Pelangi memulai misi pencarian mineral ajaib Zeolith Omega demi menyelamatkan Bumi.

Baca juga: Strategi Promosi Film Efektif Melalui Augmented Reality

Lanskap berbatu oranye, gerak mekanis robot, dan interaksi emosional yang ditampilkan melalui adegan dramatis telah memberikan nuansa sinematik kelas dunia.

Semua visual itu direalisasikan melalui proses shooting film menggunakan XR, menciptakan kedalaman gambar tanpa perlu teknik green screen berlebih. Penonton dapat melihat jelas bagaimana interaksi aktor dengan karakter robot animasi tampak menyatu sempurna dalam satu frame.

Teknologi XR Bukan Sekadar Gimmick

Meski visual futuristik jadi daya tarik utama, Pelangi di Mars tidak hanya memamerkan teknologi. Film ini juga mengusung pesan nasionalisme, bahwa Indonesia menjadi pemimpin misi besar di ruang angkasa.

Penulis skenario Alim Sudio menekankan bahwa Pelangi, dibantu robot bernama Batik, menjadi representasi bahwa jagoan dunia bisa datang dari bangsa kita.

Para pemain, mulai dari Messi Gusti, Lutesha, Rio Dewanto, Myesha Lin Adeeva, hingga Livy Renata, turut menikmati pengalaman syuting menggunakan latar virtual.

Rio Dewanto bahkan mengaku terbantu sebagai aktor karena shooting film menggunakan XR membuat proses akting terasa lebih imersif dibanding menggunakan green screen yang biasanya mengharuskan aktor membayangkan latar.

Gebrakan Baru untuk Masa Depan Sinema Indonesia

Dengan produksi yang dimulai sejak 2020, Pelangi di Mars telah melalui proses riset yang panjang hingga akhirnya mendekati tahap final. Dendi berharap film ini bukan hanya menghibur keluarga Indonesia, tetapi juga membangun pengalaman emosional dan sinematik yang tak terlupakan sekaligus memperkenalkan level baru pencapaian industri film nasional.

Jika hasil akhirnya mampu menyamai kualitas teasernya, bukan tidak mungkin film ini menjadi IP kebanggaan Indonesia yang siap bersaing dengan judul global. Pelangi di Mars bukan sekadar film anak. Ini adalah simbol evolusi, sebuah pencapaian visual, narasi emosional, dan langkah besar bagi industri untuk berani melompat lebih jauh.

Tidak mengherankan jika teknologi virtual production kembali menjadi sorotan sebagai inovasi yang melahirkan standar baru dalam industri film Indonesia. Saat film ini dirilis di layar lebar pada 2026 mendatang, publik diyakini akan menyaksikan ragam visual dan emosi yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.

Dengan kualitas sneak peek yang berhasil mengguncang industri, tidak berlebihan jika Pelangi di Mars diprediksi menjadi penanda era baru sinema Indonesia, sebuah era di mana teknologi produksi modern membuka pintu untuk menciptakan dunia tanpa batas imajinasi.

Sekali lagi, industri menanti dan penonton bersiap menyaksikan sejarah baru. Teknologi yang digunakan dalam film ini bukan hanya sekadar alat produksi, tetapi juga menjadi tonggak penting dalam kemajuan perfilman negeri ini.

Dampak ke Industri Perfilman Indonesia

Dengan tingkat kompleksitas yang tinggi, Pelangi di Mars diposisikan sebagai produksi dengan anggaran terbesar Mahakarya Pictures sejauh ini. Namun nilai terbesarnya justru terletak pada kontribusinya terhadap perkembangan industri film nasional.

Melalui pemanfaatan teknologi virtual dan pendekatan produksi modern, termasuk penerapan shooting film menggunakan XR, film Indonesia kini mulai bergerak menuju standar global, membuka peluang baru bagi karya lokal untuk bersaing di ranah internasional.

Sneak peek film ini memperlihatkan bagaimana teknologi dapat berfungsi sebagai pendukung cerita, bukan sekadar pajangan visual. Sistem virtual yang digunakan hingga akhir proses produksi memastikan bahwa penyatuan visual, ruang digital, dan dramatisasi tetap berjalan secara selaras.

Dengan pendekatan seperti ini, film tersebut tidak hanya tampil sebagai tontonan futuristik, tetapi juga menjadi simbol kemajuan baru dalam proses pembuatan film modern di Indonesia.

Kesimpulan

Peluncuran teaser Pelangi di Mars membuktikan bahwa industri film Indonesia telah memasuki fase baru di mana inovasi dan nilai produksi meningkat secara signifikan. Visual memukau yang ditampilkan bukan hadir secara kebetulan, melainkan hasil pemanfaatan teknologi virtual yang terintegrasi dengan Unreal Engine dan metode produksi hybrid.

Tren ini dapat menjadi referensi sekaligus pendorong bagi generasi pembuat film berikutnya untuk berani bereksperimen dan terus berinovasi. Dengan demikian, Pelangi di Mars tidak hanya menjadi film yang dinantikan untuk ceritanya, tetapi juga sebagai simbol capaian teknologi sinema Indonesia di panggung modern, dan teknologi XR menjadi tonggak penting dari pencapaian tersebut.

Percepat Transformasi Bisnis Anda dengan Solusi XR dari MonsterAR

MonsterAR hadirkan solusi Extended Reality (XR), mencakup Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR), dan Mixed Reality (MR), untuk bantu bisnis Anda berinovasi lebih cepat, meningkatkan efisiensi, serta berikan pengalaman digital yang lebih imersif dan berdampak. Teknologi XR dari MonsterAR telah digunakan di berbagai sektor seperti ritel, manufaktur, pendidikan, properti, kesehatan, pariwisata, dan industri profesional lainnya.

Lakukan Transformasi Nyata Bersama MonsterAR:

Tingkatkan kemampuan tim dengan pelatihan berbasis XR

Ciptakan simulasi kerja realistis yang aman, efektif, dan hemat biaya untuk meningkatkan skill SDM tanpa risiko operasional.

Hadirkan pembelajaran interaktif dan adaptif

Gunakan konten XR yang membuat siswa atau trainee memahami materi lebih cepat melalui pengalaman visual dan praktik langsung secara virtual.

Tampilkan produk dengan visualisasi 3D dan demo digital

Presentasikan desain, prototipe, atau produk final dalam bentuk interaktif sehingga klien dapat melihat detail dan nilai produk sebelum produksi atau pembelian.

Sediakan tur virtual & visualisasi proyek imersif

Permudah eksplorasi lokasi, fasilitas, atau rancangan arsitektur dari mana saja tanpa harus berada di lokasi fisik.

Buat kampanye pemasaran berbasis XR yang lebih engaging

Ajak pelanggan berinteraksi langsung melalui pengalaman digital kreatif yang meningkatkan konversi dan brand engagement.

Dengan MonsterAR, bisnis Anda dapat hadirkan pengalaman digital yang modern, personal, dan berkesan. XR membuka cara baru untuk berinteraksi dengan pelanggan, mitra, dan karyawan, lebih cepat, lebih efektif, dan lebih inovatif.

AR/VR Tingkatkan Produktifitas, Kecepatan Kerja dan Omzet Bisnis Anda
Hubungi kami sekarang juga, konsultasi GRATIS !

Kunjungi channel Youtube MonsterAR untuk selengkapnya tentang project kami

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *