Game VR Half-Life: Alyx kini telah menjadi sorotan dari para penggemar video game mainstream. Mulai pemain hingga kritikus memuji game tersebut sebagai salah satu game terbaik di Steam. Half-Life: Alyx juga telah merubah persepsi masyarakat tentang VR selama ini. Yang pada awalnya menganggap teknologi VR hanyalah gimik berubah menjadi tertarik. Sebenarnya, banyak persepsi negatif lainnya tentang VR sejak awal kemunculannya, tetapi itu semua sirnah satu persatu seiring dengan semakin berkembangnya teknologi Virtual Reality.

Kini, industri VR secara eksponensial lebih besar, lebih matang, dan bahkan lebih jelas siap sebagai media baru dengan potensi besar. Kini, bukan komentar tentang teknologinya lagi yang kerap dilontarkan. Namun, lebih membahas tentang harga dan faktor lainnya yang lebih relevan bagi konsumen sehari-hari.

Jadi, apa sajakah persepsi tentang VR yang masih sering dilontarkan hingga saat ini. Mari kita ungkap kebenarannya bersama.

1. “Headset VR itu Mahal Banget”

oculus quest

Memang, headset VR seperti Valve Index harganya bisa mencapai $ 1.000 (Rp. 14,7 juta) untuk pelanggan baru yang belum memiliki perangkat keras VR. Tetapi Index merupakan “lamborghini” dalam dunia VR, dan ada banyak kok opsi headset lain dengan harga tidak sampai setengahnya tetapi dapat memainkan game-game yang sama dengan Index.

Headset paling populer yang digunakan di Steam saat ini adalah Oculus Rift S yang bisa ditebus dengan harga $ 400 (Rp. 5,9 juta), dan mampu memainkan semua game VR di Steam hingga perpustakaan VR PC Oculus sendiri, menjadikannya sebagai nilai tambah terutama dengan pelacakan ‘inside-out’ yang membuatnya mudah untuk dipasang tanpa pelacak eksternal.

Mungkin harga nyaris 6 juta masih terlalu mahal bagi kebanyakan orang di Indonesia, mengingat konsol game PS4 saja harganya tidak sampai segitu. Namun jangak khawatir, kini berbagai brand lainnya ikut berlomba dalam mengembangkan teknologi VR dan menjadikannya lebih terjangkau bagi masyarakat. Mulai dari Microsoft, Samsung hingga Dell turut berkontribusi dalam menyediakan headset VR dengan harga terjangkau sekitar $ 250 (Rp. 3,69 juta).

Tidak hanya sampai di situ saja. Dengan semakin berkembangnya teknologi VR dan semakin banyak orang membeli perangkat ini, tentu akan menjadikannya semakin terjangkau dengan teknologi yang tetap mumpuni. Di tambah lagi dengan semakin banyaknya game VR memikat yang bisa dimainkan menjadikanya semakin banyak dibeli. Contohnya smart phone yang saat ini kita gunakan setiap harinya. Di awal-awal kemunculannya, harganya cukup tinggi dengan teknologi terbatas. Namun kini, smartphone canggih sudah bisa dibeli dengan harga tidak sampai 2 juta kan?

2. “VR Membutuhkan PC Gaming Super High-end”

pc rakitan vr

Ini bisa dibilang benar ketika headset VR pertama kali masuk pasar pada tahun 2016. Kebanyakan headset VR menuntut resolusi tinggi dan framerate tinggi, sedikit lebih tinggi dari 1080p 60FPS yang merupakan target kinerja umum untuk game PC pada zaman itu.

Baca juga: 7 Jenis Cafe VR, Dengan Peluang Bisnis Senilai 45 Miliar Dolar di Tahun 2025

Empat tahun kemudian, GPU kelas atas pada saat itu telah menjadi GPU kelas bawah saat ini, dan pemain utama di ruang VR telah meningkatkan kinerja di sisi perangkat lunak untuk benar-benar menurunkan daya GPU minimum dibandingkan dengan ketika headset pertama kali diluncurkan.

Memang, pasti masih membutuhkan GPU khusus untuk bisa menikmati VR dari desktop. Namun kini PC gaming dengan spec standard hingga laptop gaming sudah memiliki kapasitas kok untuk bisa memainkan VR. GeForce GTX 1060 dan RX 580 saja sudah cukup mumpuni saat ini, bahkan kartu grafis yang lebih lama seperti GTX 970 juga bisa.

Dan jangan lupa kita belum membahas Oculus Quest, headset VR mandiri pertama yang tidak memerlukan perangkat tambahan untuk memainkannya, dengan perpustakaan game yang banyak dan akan terus bertambah. Termasuk di antaranya Beat Saber, game ritmik VR terlaris saat ini. Dan tentu bisa dikoneksikan ke PC juga untuk bisa memainkan berbagai game VR PC lainnya. Dengan bandrol harga 7 jutaan, mengingat tidak membutuhkan perangkat tambahan lainnya lagi untuk dimainkan menjadikannya pilihan yang layak untuk dibeli.

3. Persepsi Tentang “VR Hanyalah Gimik”

vr hanyalah gimik

Bisa dibilang ini merupakan persepsi legend tentang VR. Sering kali pandangan ini berasal dari orang-orang yang belum pernah mencoba headset VR dengan fitur lengkap (google cardboard, VR Gear, dan Oculus Go). Pendapat tersebut tidak bisa di salahkan juga, mengingat pasar VR dalam industri game masihlah sangat kecil dibanding game-game pada umumnya, sehingga beberapa game yang dihasilkannya kurang ambisius (tentu karena pasarnya yang masih kecil ini, para pengembang dan penerbit game masih berpikir dua kali untuk benar-benar jor-joran dalam pengembangannya).

Namun, kini sudah ada game-game VR di luar sana yang memiliki peringkat yang sama tingginya dengan beberapa game non-VR terbaik yang pernah ada. Half-Life: Alyx adalah contoh terbaru. Walaupun taruhannya sungguh besar sebagai game Half-Life pertama Valve dalam lebih dari satu dekade dengan VR sepenuhnya. Namun hasil dari pertaruhan tersebut sepadan dengan hasil yang didapat, melihat banyak orang mulai dari pemain hingga kritikus game memujinya sebagai salah satu game terbaik yang pernah ada hingga saat ini.

Pemain telah memberinya peringkat lebih baik dari semua game Half-Life sebelumnya, mendorongnya untuk menjadi salah satu game dengan peringkat terbaik di Steam. Peringkat 98% positif di Steam berarti bahwa 98% orang yang memainkan game ini terlepas dari siapa mereka, apa harapan mereka, spesifikasi PC apa yang mereka miliki, atau headset apa yang mereka gunakan telah mengakui bahwa VR bukan hanya sekedar gimik belaka.

Virtual Reality berikan pengalaman brand yang personal dan mendalam bagi audiens Anda

Hubungi kami sekarang juga, konsultasi GRATIS !

Kunjungi channel Youtube MonsterAR untuk selengkapnya tentang project kami

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

How can we help you ?