Definisi Web3 dan Metaverse Serta Penerapannya untuk Publik

Seiring dengan perkembangan teknologi, konsep tertentu saling bertindihan sehingga bercampur aduk. Salah satu contohnya adalah web3 dan metaverse. Meski web3 merupakan pengulangan dari Metaverse, keduanya tidaklah sama.

Artikel ini akan membahas beberapa poin yang membuat keduanya berbeda. Selain membandingkannya, kami juga akan mengulas penerapannya untuk berbagai bidang.

Definisi Web3

Web 3.0 merupakan konsep untuk versi world wide web (www) yang terdesentralisasi. Versi ini akan menggabungkan teknologi blockchain untuk merekam informasi pada jaringan komputer yang terdesentralisasi. Sedangkan pengulangan web yang sekarang, web2, memakai arsitektur server klien dimana pengguna internet mengakses informasi melalui server pusat.

Web yang terdesentralisasi menawarkan beragam keunggulan, termasuk privasi yang lebih bagus, keamanan, dan transparansi. Web3 dapat memberikan lebih banyak kepemilikan data ke pengguna sebab mereka bisa menggunakan sistem identitas yang terdesentralisasi. Sistem ini memberi kebebasan bagi pengguna dalam mengelola dan mengendalikan informasi pribadi yang dapat teridentifikasikan ketimbang bergantung pada pihak ketiga yang terpusat.

Teknologi blockchain, pondasi atas konsep internet di masa depan, menyediakan transparansi yang lebih bermutu sebab seluruh dokumentasi dapat tersimpan pada buku besar yang terbuka untuk publik. Sifat terenkripsi blockchain memastikan individual dan pelaku usaha memperoleh keuntungan berkat transaksi yang aman ketika berinteraksi secara daring. Teknologi aman yang kekal ini menjadikan inovasi ini ideal untuk menyimpan data sensitif dan menggerakkan aplikasi terdesentralisasi.

Tetap saja, web3 bukanlah konsep sempurna. Sebagaimana ditunjukkan oleh kritikus, apa yang kita lihat dari web3 sejauh ini hampir seterpusat seperti web2. Menurut ethernodes.org, Amazon menyediakan hampir 70% layanan hosting cloud bagi jaringan Ethereum, melebihi jumlah seluruh penyedia cloud lainnya disatukan.

Aliran masuk investasi dari VC dan korporasi telah menggeser dinamika kekuatan dalam ruang cryptocurrency. Menurut BitInfoCharts, 116 dompet Bitcoin “tergemuk” memiliki hampir 20% dari seluruh sirkulasi BTC yang ada. Penting untuk dicatat bahwa tidak ada bukti VC atau korporasi mempunyai dompet tersebut. Meski demikian, konsentrasi kekayaan kripto tersebut mengindikasikan bahwa internet yang terdesentralisasi akan sulit tercipta jika investor kaya terlibat di dalamnya, terutama di dalam DAO, yang memakai standar gemuk tidaknya dompet untuk menentukan kekuatan pengambilan suara.

Definisi metaverse

Pengertian metaverse tetap penting untuk dibagi kembali dalam keseluruhan penjelasan web3 dan metaverse di sini. Istilah “metaverse” merujuk pada dunia virtual yang memfasilitasi interaksi sosial secara online yang acapkali memakai avatar digital. Lingkungan digital ini terkadang menggabungkan teknologi Virtual Reality (VR) atau Augmented Reality (AR) untuk menciptakan lingkungan imersif. Pengguna mengenakan headset VR untuk bermain game dan menjelajahi dunia virtual mereka.

Contoh awal game Metaverse mencakup Second Life, Minecraft dan Roblox. Pokemon Go merupakan contoh populer teknologi AR yang digunakan bersamaan dengan elemen metaverse. Proyek, seperti Decentraland dan Sandbox, telah menjembatani celah antara web3 dan metaverse dengan menggunakan teknologi blockchain dan token yang tidak dapat dipertukarkan atau non-fungible token. Namun, tetap saja banyak proyek metaverse yang bergantung pada teknologi web2.

Dalam beberapa tahun terakhir, raksasa teknologi seperti Facebook, telah mulai memakai metaverse atau membuatnya sendiri. Pada 2022, Facebook secara resmi telah berganti nama menjadi Meta sebagai bagian dari komitmennya menjadi pemimpin dalam pengembangan metaverse.

Apakah dimiliki oleh kelompok kecil pengembang atau perusahaan besar, proyek metaverse mempunyai fitur yang mendefinisikan keunggulan terbesarnya, yakni lingkungannya yang luas. Tidak seperti video game tradisional, yang umumnya berada pada letak tunggal, metaverse merupakan jaringan ruang virtual yang saling terhubung dan terbentang luas tempat pengguna bisa menjelajahi sepuasnya. Seringkali pengguna bisa membuat lingkungan mereka sendiri atau game sendiri dalam metaverse agar pengguna lainnya dapat menjelajahinya pula.

Web3 versus metaverse

Berikut memuat perbedaan web3 dan Metaverse beserta penggunaannya untuk berbagai sektor.

Baca juga: Begini Cara Masuk Metaverse Langkah Demi Langkah, Mudah dan Simpel

1. Fungsi dan penggunaan

Web3 pada umumnya dilihat melalui lensa decentralized finance (DeFi) atau keuangan yang terdesentralisasi. Sementara teknologi blockchain memang benar memungkinkan pembayaran global tanpa halangan dan keamanan keuangan yang lebih baik, web3 menawarkan kemampuan yang tidak kalah banyaknya. Secara teori, apa saja yang bisa Anda lakukan memakai web2, hal tersebut bisa berlaku dengan web3. Blockchain sesuai untuk meningkatkan visibilitas dalam rantai pasokan dan bisa digunakan untuk gaming dan media sosial. Proyek, seperti Audius, telah terbukti sesuai bagi layanan music streaming.

Metaverse pada umumnya digunakan untuk gaming dan interaksi sosial. Akan tetapi, di era kerja virtual dan panggilan via Zoom tanpa henti, metaverse turut menawarkan cara baru bagi pekerja untuk saling berkolaborasi.

2. Skalabilitas

Baik web3 dan metaverse menghadapi tantangan untuk bisa memperluas layanannya. Kendala Web3 seringkali disebut sebagai trilemma blockchain. Konsep ini berkaitan dengan fakta bahwa blockchain haruslah menyeimbangkan desentralisasi dengan skalabilitas dan sekuritas. Ketika sebuah blockchain memilih untuk memprioritaskan satu dari ketiga aspek tersebut, seringkali hal tersebut merugikan salah satu dari dua yang lainnya.

Dalam hal metaverse, isu skalabilitas muncul disebabkan oleh batasan teknologi. Hal ini membutuhkan kemajuan yang signifikan dalam hal infrastruktur jaringan untuk dunia virtual agar bisa mencakup apa yang bisa disediakan oleh dunia fisik dan lainnya.

3. Pengalaman pengguna

Pengalaman pengguna web3 bervariasi sebab aplikasinya yang begitu luas. Pada intinya, pengalaman pengguna web3 semestinya menginspirasi kepercayaan dan transparansi, rasa kepemilikan sebagian, dan keamanan yang lebih ditingkatkan. Bagi web3 untuk mencapai kondisi idealnya, pengembang mesti mencari tahu bagaimana menangani aktor jahat dalam sikap desentralisasi sembari berfokus pada hal penting mengenai skalabilitas web3.

Pengalaman pengguna metaverse seringkali menggabungkan teknologi dunia campuran atau teknologi VR. Pengguna bisa berinteraksi secara daring dalam dunia digital imersif. Seperti web3, pengembang metaverse harus merancang cara untuk mengurangi jumlah aktor jahat. Beberapa laporan menyarankan pemain yang beragam telah terpapar ke pelecehan seksual dan perilaku buruk lainnya yang bisa mengurangi mutu pengalaman penggunanya.

4. Konvergensi

Teknologi web3 bisa digunakan untuk menciptakan jaringan anti rusak yang terdistribusi bagi lingkungan metaverse. Proyek metaverse yang terpusat menyimpan benda dalam game, aset digital, dan mata uang dalam server terpusat sehingga rentan diretas atau pencurian. Menggabungkan teknologi blockchain membuat proyek metaverse dapat menyimpan benda tersebut dalam jaringan terpusat yang aman.

Proyek seperti Decentraland telah menunjukkan adanya kekuatan dalam menggunakan NFT untuk memverifikasi kepemilikan lahan dan benda virtual. Di masa depan, kita akan melihat lebih banyak lingkungan metaverse yang menggabungkan teknologi web3.

Metaverse & NFT Indonesia, industri senilai triliunan dollar dengan peluang keuntungan tak terbatas

Hubungi kami sekarang juga, konsultasi GRATIS !

Kunjungi channel Youtube MonsterAR untuk selengkapnya tentang project kami

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *