Museum Virtual Reality Tarik Minat GenZ untuk Berkunjung ke Museum
Museum Virtual Reality, solusi terbaik bagi Museum di saat pandemi. Bisa di akses secara aman kapanpun dari rumah, dengan jangkauan pengunjung hingga ke seluruh dunia.
COVID-19 menyebabkan bisnis pariwisata merugi, khususnya pariwisata museum di Indonesia. Berbanding terbalik, justru peminat teknologi AR dan VR di dunia semakin melonjak naik, terlihat dari meningkatnya jumlah pembelian Oculus Quest 2 yang mencapai lima kali lipat di banding generasi Quest sebelumnya.
Dalam kondisi normal saja sudah sedikit sekali orang yang tertarik untuk berkunjung ke museum. Di tambah hadirnya pandemi COVID-19 saat ini, tentu menjadikan pengunjung Museum semakin sepi. Namun jangan khawatir, karena selalu ada solusi untuk setiap masalah. Berkat kesan dan pengalaman nyata yang diberikannya, Museum Virtual Reality melalui teknologi (VR) bisa menjadi solusi untuk menyelamatkan museum Indonesia di masa pandemi saat ini.
Teknologi VR membuka kemungkinan baru bagi penggunanya untuk benar-benar memutuskan hubungan dari dunia nyata dan masuk ke dalam dunia virtual yang menakjubkan, tanpa batas. Secara garis besar, Virtual Reality adalah teknologi yang memungkinkan penggunanya untuk berinteraksi dengan suatu lingkungan yang disimulasikan oleh komputer seakan benar-benar berada dalam lingkungan tersebut secara nyata. Tentunya, penggunaan VR untuk Museum Virtual Reality akan memberikan pengalaman nyata kepada para penggunanya seolah berkunjung secara langsung.
Teknologi VR memang sudah menjadi tren yang sangat diminati oleh masyarakat, dan telah membantu banyak sektor di antaranya:
1. Pendidikan
2. Pemasaran produk
3. Pelatihan keselamatan kerja
4. Pariwisata
5. Film 360
6. Video game
7. Virtual performance
8. Teknologi perkantoran
9. Perawatan kesehatan
10. Teknologi militer
Museum dan lembaga kebudayaan membutuhkan format baru untuk tetap mendapatkan pengunjung selama pandemi, dan teknologi VR adalah solusi terbaik yang ada saat ini.
Lalu, bagaimana cara VR membantu dalam meningkatkan jumlah pengunjung museum di Indonesia.
Introducing GoMuseum, Solusi Bagi Museum di Saat Pandemi
GoMuseum merupakan aplikasi 3D Virtual yang memungkinkan pengunjung untuk menjelajahi Museum secara online dari rumah, yang berarti sambil tetap mengikuti protokol kesehatan.
Melalui GoMuseum, pengunjung dapat menjelajahi setiap sudut museum secara menyeluruh, tanpa batas, dimana pengalaman ini mustahil di dapatkan melalui kunjungan Museum secara langsung / konvensional.
GoMuseum didukung teknologi virtual 3D yang sangat detail dengan resolusi tinggi, simulasi denah ruangan yang presisi, serta fitur interactive object yang memberikan pengalaman berkunjung ke Museum secara nyata dan mendalam.
GoMuseum juga memiliki fitur keren lainnya seperti online & VIP ticketing system, door prize drawing system, serta digital database reservation yang bisa Anda gunakan untuk kebutuhan iklan dan pemasaran ke depannya.
7 Contoh Penerapan Museum Virtual Reality di Dunia
Bagi Anda yang masih penasaran tentang penerapan VR dalam museum, berikut kami sajikan daftar 7 Museum dunia yang telah menerapka teknologi VR sebagai inspirasi bagi Anda.
1. Pameran Seni Virtual – Louvre Museum
Setelah terlepas dari lockdown pertama dan berusaha membangun kembali segalanya seperti sedia kala, Prancis kini memasuki lockdown kedua. Karena terkenal dengan daya tarik seni melalui karya wisata museum, Negara ini membutuhkan solusi digitalisasi museum lebih dari yang lainnya. Bagaimanapun, bisnis pariwisata museum tidak akan bisa bertahan menghadapi lockdown berkepanjangan apabila hanya mengandalkan cara konvensional.
Dengan tajuk Mona Lisa: Beyond the Glass, Louvre menyelenggarakan pameran seni melalui teknologi VR. Museum Virtual Reality ini memungkinkan 11 pengguna untuk berkunjung secara bersamaan dan menjelajahi lukisan terkenal melalui headset VR, sehingga pameran versi ini bisa dinikmati oleh pengguna dari manapun dan kapanpun, baik melalui headset mereka masing-masing atau melalui aplikasi seluler.
2. Palace of Versailles
Tidak mau ketinggalan, Google turut menawarkan pengalaman wisata melalui virtual tour, yang memungkinkan penggunanya untuk menjelajahi Palace of Versailles secara gratis.
Palace of Versailles adalah sebuah istana yang berada di Prancis, yang bertempat di bagian barat daya kota Paris. Istana ini merupakan pusat kekuatan politik Kerajaan Prancis pada periode tahun 1682-1789. Bangunan mewah ini memiliki luas 67.000 meter persegi dan dikelilingi oleh taman seluas 1.070 hektar.
Baca juga: Virtual Tour Indonesia: Alternatif Terbaik Menikmati Seni dan Pariwisata
Harga tiket untuk mengunjungi istana ini adalah 25 euro atau sekitar 429 ribu rupiah (belum termasuk tiket perjalanan menuju Prancis). Namun, Google telah menghasilkan proyek fotogrametri terbesar untuk daya tarik wisata Palace of Versailles, yaitu dengan Museum Virtual Reality gratis mengelilingi kawasan kerajaan Louis XIV ini.
Pengguna dapat melakukan perjalanan ke 21 kamar kastil, seperti King and Queen’s State Apartments, Royal Opera House, Royal Chapel dan Hall of Mirrors, serta dapat melihat keindahan interior seluas 387.500 kaki persegi lainnya. Melalui tour VR gratis ini para pengguna dapat melihat semua karya seni yang bertempat di lokasi, termasuk patung, lukisan, dan permadani. Tidak hanya itu, bagi yang tidak memiliki headset VR, Google juga telah merilis pameran online yang akan menampilkan lebih dari 390 aset, termasuk objek, artefak, dan lukisan yang terdapat dalam Palace of Versailles.
3. T-rex: Skeleton Crew – American Museum of Natural History
American Museum of Natural History, sebuah institusi pengusung ‘T- rex: The Ultimate Predator’ yang berbasis di Manhattan telah merilis proyek Museum Virtual Reality purbakala. Di sini, penggunjung dapat berkolaborasi merangkai tulang – tulang Tyrannosaurus rex. Tentunya, pengguna dapat mengaksesnya melalui headset VR dari rumah kapanpun.
Mengusung tema T-rex: Skeleton Crew, pengalaman VR ini membawa tiga pengunjung ke dalam penataan ulang virtual Museum Hall of Saurischian Dinosaurs, di mana mereka akan bekerja sama untuk membangun kerangka T-rex. Ketika kerangka berhasil di susun, tulang-tulang tersebut akan berubah menjadi dinosaurus hidup yang berjalan dan bernapas, dan dalam waktu yang bersamaan Aula akan berubah menjadi alam liar di zaman prasejarah dengan seting sekitar 66 juta tahun yang lalu.
4. Ekspedisi Virtual – Louvre Museum
Selain pameran virtual, Louvre juga telah meluncurkan format VR baru yang di sebut sebagai virtual expeditions. Museum Virtual Reality ini akan membawa orang-orang ke situs budaya penting di seluruh dunia secara virtual. Dengan ekspedisi perdana bertajuk Khufu: A journey in Ancient Egypt yang dibangun berdasarkan pameran sebelumnya yang dipamerkan di Cité de l’Architecture di Paris.
Baca juga: Digitalisasi Adalah yang Dibutuhkan Museum Indonesia Saat Ini
Setiap ekspedisi berlangsung dalam kelompok dan dirancang untuk berlangsung sekitar 40 menit, dan direncanakan akan segera diluncurkan beberapa ekspedisi lainnya ke depan.
Keunikan formatnya terletak pada penggunaan realitas virtual di ruang yang luas, dan kolaborasi dengan pengunjung lain. Salah satu kekuatan utamanya adalah kemampuannya untuk mengakomodasi arus pengunjung yang besar sekaligus menciptakan ilusi perjalanan melalui ruang dan waktu dalam rekonstruksi sejarah berkualitas tinggi. Melalui VR, pengguna mendapatkan sensasi kunjungan yang nyata serta dapat belajar lebih banyak daripada di dunia nyata.
5. Nanome
Nanome memberikan kesempatan bagi penggunanya untuk berinteraksi dengan bahan kimia dan protein dalam bentuk tertentu, yang tidak mungkin di alami tanpa bantuan teknologi VR. Museum ini menawarkan kesempatan emas bagi para pelajar yang menggeluti bidang nanoteknologi, sehingga mereka bisa mencoba dan bersentuhan langsung dengan bahan-bahan yang sebelumnya tidak boleh tersentuh. Nanome dapat digunakan oleh lebih dari satu orang, sehingga memungkinkan untuk berkolaborasi dalam bereksperimen bersama teman.
6. Becoming Homeles
Museum Virtual Reality yang satu ini tergolong unik karena mengusung tema tunawisma. Di sini, pengguna dapat merasakan kehidupan seorang tunawisma. Tujuan di adakannya simulasi VR ini adalah untuk menumbuhkan simpati dan empati terhadap para penggunanya, sehingga dapat lebih peduli terhadap kehidupan para tunawisma dan bersyukur atas kehidupan yang mereka jalani.
Ternyata, simulasi ini berhasil memberikan dampak yang luar biasa, sehingga menjadi inspirasi dalam penulisan dan menjadi bahan diskusi di kelas mata pelajaran sosial.
7. Sistine Chapel
Melalui Museum Virtual Reality, Pengelola gereja Sistine di kota Vatikan mengajak siapapun untuk menikmati maha karya Michelangelo, seniman kenamaan Italia yang legendaris secara gratis.
Maha karya Michelangelo tersebut terdapat di plafon gereja Sistine. Michelangelo melukis Penciptaan Adam beserta ratusan karya lain yang kemudian membentuk mural yang menceritakan syair kepahlawanan. Lukisannya menjadi landasan karya seni di zaman Renaissance.
Melalui Steam, kini pengunjung dapat melihat secara dekat karya-karya tersebut, serta penjelasannya melalui suara selama satu jam. Pengunjung bisa mendapatkan sudut pandang yang lebih hidup dengan menaiki lift virtual untuk melihat karya tersebut secara lebih dekat.
Program Gerakan Digitalisasi Museum dari MonsterAR untuk seluruh museum di Indonesia
| 1. Free Konsultasi | 2. Free Konsep Design | 3. Free Estimasi Biaya (RAB) |
Hubungi kami sekarang juga, konsultasi GRATIS !
Kunjungi channel Youtube MonsterAR untuk selengkapnya tentang project kami
Leave a Reply